Remaja yang layak diteladani-Devosi 2-William santyoso

 Remaja yang layak diteladani. 

1 Timotius 4:12"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam iman, dan dalam kesucian." 

Orang dewasa selalu dianggap sebagai orang yang sudah punya pemikiran dan moralitas yang jernih dan tugas mereka adalah untuk menjadi teladan untuk generasi yang muda, tetapi hal ini belum pasti dan bahkan banyak orang “dewasatidak siap untuk menghadapi tanggung jawab dunia nyata. Contohnya seperti seorang papa yang memiliki anak yang berteladan dari dia dan menggangap papanya sebagai idola dia meskipun hidup mereka bercukupan anaknya selalu mengagumi tekad papanya untuk menafkahi keluarganya. Tetapi rupanya papanya menghabisi uangnya untuk berjudi dan barang yang dia menyediakan untuk anaknya itu datang dari judi. Sampai suatu hari rumah mereka disita sama penagih hutang karena papanya tidak bisa membayar utang dan merusak persepsi anaknya kepada dia. Yang bisa menyebabkan anaknya trauma dan bisa membuat dia masuk kedalam jurang kejahatan. 

Apakah ini berarti semua orang dewasa seperti ini? Tidak, tetapi stigma tentang anak remaja nakal dan tidak dewasa harus dihapuskan dan kita bisa melakukan itu dengan bersifat lebih senonoh dan mengetahui apa tanggung jawab kita sebagai remaja. Ayat Alkitab 1 Timotius 4:12 menjelaskan remaja bisa diteladani dari tingkah laku, perkataan, dalam iman, dan dalam kesucian. Dengan menjadi teladan lebih baik kepada orang yang lebih muda dari kita. Itu bisa membuat kedamaian karena kita meningkatkan kualitas moral anak muda yang sangat dibutuhkan pada zaman sekarang dimana media sangat mempengaruhi sifat anak muda 

Kita bisa melakukan ini dengan berkata dengan baik depan anak muda dan mengajarkan mereka tentang kepentingan mengingat tanggung jawab beserta dengan kepentingannya sopan santun contohnya mengingatin mereka untuk selalu berkataterima kasihatau bersapa kepada orang. 

"Maturity is the ability to think, speak, and act your feelings within the bounds of dignity." — Samuel Ullman 

William Santyoso 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Tuhan inginkan?

Mulut yang kotor

MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN