Keberanian untuk Memperbaiki Kesalahan

 

Jumat , 7 February 2025

MATIUS 5 : 23 – 24 "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat bahwa saudaramu mempunyai sesuatu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu."

Keberanian untuk Memperbaiki Kesalahan

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita melakukan kesalahan yang melukai orang lain. Entah itu karena amarah, kesombongan, atau ketidaksengajaan, kata-kata dan tindakan kita bisa meninggalkan luka yang dalam bagi orang lain. Namun, sebagai manusia, kita juga diberikan kesempatan untuk bertobat, meminta maaf, dan memperbaiki kesalahan kita.

Keberanian adalah kemampuan untuk menghadapi ketakutan, risiko, atau kesulitan dengan teguh dan tanpa ragu. Keberanian bukan berarti tidak merasa takut, tetapi kemampuan untuk bertindak meskipun ada rasa takut atau tantangan yang dihadapi. Keberanian bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti mengambil keputusan yang sulit, berbicara di depan umum, atau menghadapi situasi yang tidak pasti.

Bacaan ini seperti menceritakan kisah Lusi yang merasakan hal ini ketika ia tanpa sadar melukai sahabatnya, Hani. Dalam amarahnya, Lusi tidak sengaja mengeluarkan kata-kata kasar dan mempermalukan Hani di depan teman-temannya. Setelah kejadian tersebut, ia merasa bersalah dan menyadari betapa pentingnya persahabatan mereka. Dengan keberanian, Lusi mendatangi Hani untuk meminta maaf.

"Aku minta maaf, Han. Aku sangat menyesal udah ngatain kamu kayak gitu kemarin" ucapnya tulus. Hani terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku kecewa tapi aku tahu kamu nggak benar-benar ngomong kayak gt" Lusi mengangguk. "Aku mau nebus kesalahanku. Aku nggak mau persahabatan kita hancur cuma karena emosiku."

Hari itu, Lusi belajar bahwa perdamaian bukan hanya tentang menghentikan pertengkaran, tetapi juga tentang keberanian untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Setelah kejadian itu, ia mulai aktif menyebarkan kebaikan—membantu teman yang kesulitan, menjadi pendengar yang baik, dan selalu mengutamakan perdamaian dalam setiap situasi.

“ Berani mengakui kesalahan dan berbuat baik adalah langkah menuju perdamaian. Jangan ragu untuk meminta maaf dan berdamai, karena Tuhan menghendaki kita hidup dalam kasih.”

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Tuhan inginkan?

Mulut yang kotor

MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN