Menjadi Jembatan Damai

 ROMA 12:18  “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang."

Menjadi Jembatan Damai

Pernahkah kamu melihat jembatan yang menghubungkan dua tempat yang terpisah? Jembatan itu tidak memihak, tetapi memungkinkan kedua sisi untuk bertemu. Suatu kali, saya melihat dua kelompok remaja di gereja yang saling bersaing karena perbedaan pendapat. Mereka saling menjauhi dan tidak mau bekerja sama. Saya teringat akan peran jembatan itu. Akhirnya, saya mencoba mengajak mereka berbicara, mencari titik temu, dan mengingatkan mereka bahwa kita semua adalah satu tubuh dalam Kristus. Perlahan-lahan, mereka mulai membuka hati dan bekerja sama kembali.


Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam perdamaian dengan semua orang, sejauh itu bergantung pada kita. Tuhan menekankan tanggung jawab kita sebagai orang percaya untuk aktif menciptakan perdamaian, bukan hanya menunggu orang lain berubah. Rasul Paulus mengingatkan bahwa hidup dalam damai adalah bagian dari ibadah kita yang sejati. Damai sejahtera adalah buah Roh, yang harus kita praktikkan dalam hubungan kita dengan sesama.

 

Seringkali dalam kehidupan kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih, menjadi penonton atau menjadi pembawa damai. Tuhan memanggil kita untuk menjadi jembatan yang menghubungkan, bukan tembok yang memisahkan. Mulailah dengan langkah kecil seperti tersenyum pada orang yang berbeda pendapat, mengucapkan kata-kata yang membangun, atau meminta maaf saat kita salah. Dengan demikian, kita menjadi alat Tuhan untuk membawa damai sejahtera di dunia yang penuh dengan konflik ini.

 

“Damai sejahtera dimulai dengan senyuman.” – Bunda Teresa

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Tuhan inginkan?

Mulut yang kotor

MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN